Kamis, 05 Maret 2009

Parlemen Israel Mengangkat Seorang Menteri Muslim.

Untuk pertama kalinya setelah 58 tahun, Parlemen Israel akhirnya menunjuk seorang Arab Muslim dalam kabinet Israel. Langkah ini disambut banyak pihak sebagai tanda persamaan kedudukan bagi kaum minoritas di Israel, meski tentu saja masih ada kritik yang dilontarkan mengenai besar dan kecilnya kesempatan yang diberikan. Kabinet Israel pada hari Minggu mengumumkan penunjukkan Raleb Majadele, dan Knesset, Parlemen Israel menjadwalkan pengangkatannya pada hari Senin. Pengangkatan ini telah mengalami penundaan beberapa minggu karena perdebatan politik dalam masalah rasis. Hal ini memicu kecaman dari para anggota parlemen Arab yang mengatakan upaya ini bermuatan politis. Bahkan mereka meragukan perkembangannya, dengan mengatakan pemerintah hanya memiliki sedikit perhatian saja terhadap peningkatan dan kemajuan bangsa Arab Israel.


Majadele mengatakan pada AP Television News bahwa cita-citanya sebagai Menteri Kabinet adalah memajukan kerjasama antara ke dua pihak di dalam pemerintahan, meningkatkan dialog antara Palestina dan Israel melalui negosiasi dan perjanjian-perjanjian politik. Majadele, didukung partai Buruh, mengungkapkan pengangkatannya merupakan perwakilan 20% dari 7 juta penduduk negeri di Israel. “Pemerintahan saat ini sangat bangga dapat menjadi pemerintahan yang pertamakalinya memberikan kesempatan perwakilan di tingkat eksekutif kepada kaum minoritas Arab Muslim,” demikian diungkapkan Miri Eisin, juru bicara Perdana Menteri Ehud Olmert.

Parlemen Israel selalu memiliki perwakilan bangsa Arab, sekarang ini jumlahnya adalah 13 dari jumlah keseluruhan 120 orang. Namun negeri ini baru memiliki satu saja bangsa Arab yang menjadi Menteri Kabinet. Sebelumnya ada Salah Tarif, seorang Druze – yang diangkat pada tahun 2001, namun tak lama kemudian mengundurkan diri setelah dituduh melakukan korupsi.

Kolumnis Arab menentang Konferensi Iran

Wartawan Saudi : Nazi Baru bertemu di Teheran untuk menimbulkan kebencian, membuat propaganda dan mempertahankan kejahatan Nazi.

Oleh Yaakov Lappin

Sejumlah jurnalis Arab telah mengutuk konferensi penyangkalan Holocaust yang diadakan di Teheran pada bulan Desember tahun lalu. Tulisan mereka diterjemahkan oleh MEMRI (Pelayanan Penerjemahan di Timur Tengah). Seorang wartawan Saudi Yusuf Al-Sweidan menulis di surat kabar Kuwait al-Sayassah, menjelaskan bahwa para peserta konferensi disebutnya ‘Nazi Baru’. Al-Sweidan mengatakan bahwa para partisipan tersebut adalah “para ekstrimis baru yang bersorban” dan “tidak memiliki rasa malu membuka konferensi di Teheran pada 11 Desember 2006 dengan tujuan untuk menyebarkan kebencian dan propaganda tendensius sementara mempertahankan kejahatan Nazi yang sangat mengerikan…..”

Al-Sweiden juga menyangkal pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki, dan menilai penjelasan beliau tentang konferensi tersebut sebagai sesuatu yang “janggal”, “menggelikan” dan juga “menjijikan”. “Karena Teheran, seperti diketahui oleh semua orang, sesungguhnya bukanlah oasis kebebasan, demokrasi dan pluralisme ideologi, “ tulis Al-Sweidan. “Kurang nilai budaya dan kepekaan kemanusiaan,” Ditambahkannya pula, “Pemilihan waktu, target, topik konferensi dan (para individu) pembicara bermulut besar dan jahat yang berbicara di atas mimbar, menegaskan sepenuhnya bahwa 'Iran membahayakan seluruh Timur Tengah,' seperti dikatakan Tony Blair (Perdana Menteri Inggris). Ancaman ini menjadi sangat jelas ketika Iran menyebabkan kekacauan dan menyebarkan kekerasan dan teror melalui kakitangannya, agen dan sekutunya ...."

Wartawan Inggris Adel Darwish menulis di surat kabar London berbahasa Arab alSharq al-Awsat mengatakan bahwa Presiden Iran menyebabkan gangguan diplomatik pada negaranya sendiri karena menggelar konferensi seperti itu, khususnya pada masa sulit bagi hubungan luarnegeri Iran. Darwish menambahkan bahwa Ahmadinejad menyebabkan lebih banyak masalah pada kaum Muslim karena dia menciptakan atmosfir budaya politik kebencian yang menghalangi nilai-nilai kemanusiaan kaum Muslim sebagai sesama manusia. Kolumnis Kuwait, Dr Khaled al-Janfawi, juga menulis dalam al-Sayassah, bahwa "menyelenggarakan konferensi yang ditujukan untuk menyangkal Holocaust merefleksikan kurangnya budaya dan kepekaan manusiawi sebaliknya malah menambah kebencian pada sesama manusia…"

Dia menambahkan bahwa "Kami kaum Muslim perlu memperlihatkan kemanusiaan, kebudayaan, dan sensitifitas moral untuk menjadi dorongan positif didalam dunia kemanusiaan yang tidak lagi mendukung konflik etnis maupun agama. “

Israel diserang

Beberapa hari lalu, Negara Israel diserang dari utara. Serangan ini dilanjutkan dengan serangan teroris dari jalur Gaza. Dalam kedua peristiwa ini, serangan dimulai tanpa alasan dan benar-benar diarahkan kepada penduduk sipil di Israel yang tidak bersalah yang berada dalam wilayah kekuasaan teritorial Israel. Dalam kedua serangan baik utara maupun selatan, tidak ada klaim dari daerah regional ataupun elemen internasional manapun bahwa Israel berada dalam daerah kekuasaan yang diperselisihkan. Negara Israel tidak bisa menerima serangan ini. Israel tidak berkeinginan ataupun bermaksud melukai orang-orang Libanon orang-orang Palestina. Israel ingin hidup damai dan menjadi negara tetangga yang baik.

Sekali lagi daerah Timur Tengah telah menjadi ajang kekerasan akibat amukan para teroris; kali ini gerakan teroris dimulai dari Hamas di selatan sampai ke Hizbullah di utara. Hamas dan Hizbullah digerakkan oleh ideologi jihad ekstrim yang menyerukan kehancuran Negara Israel – tapi bukan cuma Israel saja. Hizbullah dan Hamas adalah bagian dari “perang suci” internasional melawan seluruh “kafir” dunia barat untuk memaksakan Islam radikal di seluruh dunia. Sekalipun demikian, kelompok-kelompok ini tidak mungkin ada tanpa dukungan Iran dan Suriah.

Enam tahun lalu Israel menarik mundur kekuatannya dari Libanon sesuai dengan perjanjian perdamaian yang disahkan oleh masyarakat dunia, sesuai dengan Resolusi 425 Dewan Keamanan PBB. Harus digarisbawahi : Selama enam tahun ini tidak ada kehadiran Israel, tidak ada pendudukan Israel di daerah Libanon. Namun demikian, krisis yang terjadi baru-baru ini dimulai dengan penembakan besar-besaran oleh Hizbullah ke daerah kekuasaan teritorial Israel, menyerang orang-orang penduduk sipil dan menculik 2 orang tentara Israel di dalam teritorial Israel.

Setahun lalu, di daerah perbatasan selatan Israel, Israel telah benar-benar menarik mundur kekuatannya dari Jalur Gaza. Israel telah mengevakuasi 21 perkampungan Yahudi dari daerah ini. Hal ini dilakukan agar memungkinkan Palestina bertanggungjawab atas teritorial ini dan memungkinkan pemerintahan Palestina membangun infrastruktur baru di sana sehingga dapat membangun masa depan yang lebih baik untuk rakyatnya. Namun pada pelaksanaannya, pemerintahan Hamas dengan segera mempergunakan daerah ini untuk menyerang penduduk Israel di daerah selatan.

Hizbullah dan Hamas memiliki kesamaan tujuan : ideologi yang menyerukan kehancuran Negara Israel. Israel tidak bisa dan tidak akan membiarkan warganya dijadikan sandera oleh organisasi teroris.

Suriah menjadi tempat markas besar sejumlah kelompok teroris jihad Palestina termasuk Hamas. Suriah menaungi dan menyediakan dukungan logistik kepada pemimpin Hamas, Khaled Mashaal. Dari Damascus, Mashaal memerintahkan para teroris di daerah Palestina melaksanakan serbuan terhadap Israel dan warganya, termasuk pengeboman daerah selatan Israel dengan misil Kasam, infiltrasi teroris dan penculikan tentara Israel Gilad Shalit. Suriah juga memberikan dukungan kepada Hizbullah, termasuk kiriman senjata, amunisi dan mata-mata lewat bandara udara Damascus dan menyebrangi perbatasan ke Libanon. Hizbullah tidak akan dapat beroperasi di Libanon tanpa dukungan Suriah.

Iran adalah penyokong Hizbullah, mendukungnya dalam pendanaan, persenjataan, petunjuk dan bahkan personil melalui Pejuang Revolusi Iran. Pada prinsipnya Hizbullah adalah sungguh-sungguh perpanjangan tangan regim jihad Teheran. Iran juga telah membuat pengaruh yang besar terhadap organisasi-organisasi teroris Palestina, termasuk kelompok Fatah al-Aqsa dan kelompok Hamas’Iz a-Din al-Kasam. Iran mendukung kegiatan teroris mereka dengan pendanaan, instruksi teknis dan petunjuk-petunjuk operasional.

Saatnya tiba kebenaran diungkapkan bagi semua pihak dan komunitas internasional yang mencari kedamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Teroris adalah musuh perdamaian dan mereka sedang menyerang. Saatnya untuk pembela kedamaian bertindak. Saatnya untuk mengatakan “cukup”.

Ilan Ben-Dov
Duta Besar
Kedutaan Israel - Singapura

PM Olmert bertemu dengan Presiden Abbas - 24 Desember 2006


Kedua pemimpin mengakui bahwa baik rakyat Israel maupun Palestina telah sangat menderita dan tibalah kini saatnya untuk merealisasikan proses perdamaian dalam langkah-langkah nyata.


Perdana Menteri Ehud Olmert bertemu dengan pimpinan Palestina Presiden Mahmoud Abbas, kemarin malam, Sabtu 23 Desember 2006 di kediamannya di Yerusalem. Selama pertemuan ini, yang terlaksana dalam situasi yang baik dan sangat bersahabat, kedua pemimpin ini menyampaikan keinginannya untuk bekerjasama – sebagai rekan – dalam upaya meningkatkan proses perdamaian antara Israel dan Palestina, dan juga untuk mencapai kesepakatan agar kedua negara ini dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai.

Kedua pemimpin mengakui baik rakyat Israel maupun Palestina telah sangat menderita dan kini tibalah waktunya untuk melancarkan proses perdamaian dengan langkah-langkah nyata dan menahan diri terhadap bentuk-bentuk pengulangan berbagai kesepakatan yang telah ditetapkan. Kedua pemimpin meyakini bahwa pertemuan ini adalah langkah awal dibangunnya kepercayaan serta hubungan kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak.

Kedua pemimpin menekankan pentingnya kontak langsung dan sungguh-sungguh di antara kedua belah pihak, dan diputuskan untuk diadakannya pertemuan berkala sebagai kelanjutannya, dalam upaya mempercepat pelaksanaan masalah-masalah yang telah diagendakan.

Perdana Menteri Olmert menyampaikan pandangannya mengenai masih terus berlangsungnya peluncuran roket Kasam dari Jalur Gaza dan ia mengatakan bahwa Israel tidak dapat membiarkan pelanggaran gencatan senjata ini terjadi.

Kedua pemimpin menyepakati untuk mempertimbangkan perluasan daerah gencatan senjata sampai ke tepi barat, sesuai dengan perjanjian Sharm e-Sheikh February 2005.

Mereka menyepakati pula dimulainya komite gabungan, seperti disepakati sebelumnya dalam Sharm, di bawah wewenang Presiden Palestina untuk menangani masalah : mengawasi gencatan senjata, mempercepat proses pengalihan tanggung jawab keamanan atas daerah Palestina, serta implementasi rancangan yang telah disepakati berkenaan dengan pelarian dan pengungsi Palestina.

Disepakati pula untuk memulai komite keamanan 4 negara, antara Israel, Pemerintahan Palestina (melalui Pasukan Presiden), Mesir dan AS, termasuk penempatan Pasukan Presiden di sepanjang Corridor Philadelphia dan di daerah utara Jalur Gaza.

Perdana Menteri Olmert mengatakan pada Presiden Abbas bahwa ia mengerti sekali kepekaan masyarakat Palestina akan masalah para tahanan dan ia pun menjelaskan bahwa ia akan mempersiapkan diri membebaskan para tahanan Palestina setelah dibebaskannya Gilad Shalit. Diputuskan pula akan segera dimulainya kerja tim gabungan yang bertanggungjawab atas pengaturan dan ketentuan-ketentuan pembebasan para tahanan Palestina. Komite akan segera mulai bekerja dan melaporkan hasilnya kepada kedua pemimpin ini sesegera mungkin.

Perdana Menteri Olmert mengatakan bahwa Israel akan segera melaksanakan langkah-langkah nyata untuk bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Sampai saat ini, Perdana Menteri telah memutuskan untuk mentransfer sejumlah tarikan pajak untuk disalurkan pada sejumlah rumah sakit di Palestina. Telah disetujui bahwa kesepakatan ini akan dikembangkan di masa yang akan datang dalam rangka pengembangan pelaksanaan bantuan kemanusiaan. Dijelaskan pula bahwa dana ini tidak akan dibekukan, dan tidak akan di transfer kepada pemerintah Palestina.

Kedua para pemimpin juga menyetujui upaya-upaya peningkatan di daerah perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel untuk lintas barang dan orang yang lebih baik. Sampai saat ini telah ditetapkan untuk meningkatkan pemeriksaan keamanan di daerah perbatasan yang mencapai target 400 truk per hari di Jalur Gaza dan Israel untuk memungkinkan perdagangan di daerah Jalur Gaza, tepi barat dan Israel. Kedua pemimpin bersepakat memulai komite ekonomi gabungan. Perdana Menteri Olmert mengatakan pada Presiden Abbas, bahwa telah diadakan koordinasi dengan Menteri Pertahanan Amir Peretz, ia telah menginstruksikan IDF untuk memindahkan beberapa pos pemeriksaan di tepi barat untuk memudahkan rakyat Palestina yang tidak terkait dengan masalah terorisme.

Kesepakatan Hamas dan Fatah tidak sesuai dengan Persyaratan Komunitas Internasional

Latar Belakang

Kesepakatan antara Hamas dan Fatah yang dicapai di Mekkah tidak sesuai dengan persyaratan yang dikemukakan oleh kelompok Kuartet untuk pemerintahan Palestina. Sebaliknya, kesepakatan ini, sama halnya dengan pernyataan dan aksi Hamas, menunjukkan bahwa Hamas melanjutkan upayanya memperoleh pengakuan internasional tanpa membuat penyesuaian terhadap ideologi fundamentalnya, termasuk upayanya menghapuskan keberadaan Israel.

Merupakan pernyataan yang sangat jelas bahwa Hamas mendukung kekerasan, menentang solusi dua negara, menolak hak keberadaan Israel, serta keterlibatan langsungnya terhadap terorisme, sehingga menyebabkan komunitas internasional mengeluarkan tiga buah kondisi bagi pemerintahan Palestina untuk mempeoleh pengakuan dan kerjasama internasional. Yang harus dibuktikan perubahannya adalah Hamas, yang merupakan sebuah organisasi teroris. Dalam kenyataannya, seperti yang akan diungkapkan kemudian, pernyataan langsung dari pimpinan Hamas setelah kesepakatan tersebut tidaklah diragukan lagi, tidak menunjukkan adanya tindakan Hamas terhadap pengakuan prinsip-prinsip dasar perdamaian.

Kelompok Kuartet telah menuntut bahwa pemerintahan Palestina harus memiliki komitmen pada ketiga kondisi yang dimaksudkan dan bahwa ‘tidak boleh beranggotakan’ siapapun yang tidak memihak pada komitmen tersebut. Keterlibatan pada pemerintahan, kebijakan yang tidak berdasarkan komitmen pada prinsip-prinsip yang dimaksud, tidaklah sesuai dengan tuntutan kelompok Kuartet.

Sekarang ini tidak ada platform kesepakatan atau ikatan kesepakatan berkenaan dengan kebijakan pemerintahan selanjutnya. Surat penunjukkan dari Pemerintahan Palestina Presiden Mahmoud Abbas, termasuk dalam kesepakatan Hamas – Fatah yaitu mengundang pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam membentuk pemerintahan, tidaklah menunjukkan konstitusi platform politik pemerintahan selanjutnya dan tidak dapat dinilai mewakili pemenuhan kondisi yang seharusnya pemerintahan Palestina penuhi.

Bahkan surat ikatan komitmen yang mencerminkan kebijakan dari pemerintahan baru, tidak sesuai dengan ketiga persyaratan mendasar yang berulangkali dinyatakan oleh kelompok Kuartet : pengakuan terhadap keberadaan Israel, dihapuskannya terorisme dan kekerasan, dan pengakuan terhadap kesepakatan-kesepakatan serta kewajiban-kewajiban sebelumnya, termasuk Roadmap.

1. Pengakuan terhadap keberadaan Israel

Persyaratan kelompok Kuartet memandang tidak ada harapan bagi solusi dua pemerintahan, kalau yang satu tidak mengakui hak yang lainnya. Pengakuan terhadap hak keberadaan Israel merupakan persyaratan penting bagi pihak Palestina manapun dalam mencapai perdamaian.

Surat penunjukkan Hamas-Fatah tidak mengandung pengakuan terhadap keberadaan Negara Israel. Bahkan, kata ‘Israel’ tidak muncul dalam dokumen. Kesepakatan PLO – Israel pun hanya dituliskan ‘kesepakatan yang ditandatangani oleh PLO’

Fakta bahwa Hamas tidak mengubah kekerasan pendiriannya pada masalah ini secara mudahnya terlihat seperti yang ditekankan oleh penasehat Ismail Haniyeh, Ahmed Youssef hanya beberapa hari setelah kesepakatan dicapai :

“Masalah pengakuan ini tidak dibahas di Mekkah. Dalam platform pemerintahan baru tidak ada tanda-tanda pengakuan (akan Israel), dengan mengabaikan tekanan dari Amerika Serikat maupun desakan kelompok Kuartet” (Reuters 10 Februari 2007)

Hal yang serupa dikatakan pula oleh jurubicara Hamas, Ismail Radwan, yang menekankan bahwa kesepakatan tidak mengubah penolakaan Hamas atas Israel.

Kesepakatan yang dicapai di Mekkah tidaklah berarti pengakuan atas Israel…. Posisi Haman adalah tetap dan sudah dikenal yaitu tidak mengakui keberadaan kaum Zionis …. (dalam wawancara dengan Kantor Berita Perancis, 9 Februari 2007)

2. Penghapusan terorisme dan kekerasan

‘Kedua negara hidup berdampingan dalam keadaan damai dan aman’ tidaklah akan tercapai bila salah satu pihak tetap meprobokasi tindakan teror. Untuk alasan ini, kelompok Kuartet telah berulangkali menekankan bahwa Pemerintahan Palestina segera menghapuskan tindakan terorisme dan kekerasan.

Surat penunjukkan yang dibuat tidak menunjukkan penahanan diri terhadap bentuk terorisme dan kekerasan. Malah sebaliknya, surat tersebut mengajak pemerintahan baru berkomitmen pada National Conciliation Document. Dokumen ini yang akan dicekal, secara eksplisit mengakui penggunaan kekerasan dan terorisme, mengajak tiap partai ‘menegakkan perlawanan … bersamaan dengan kegiatan politik’ (artikel 3) dan ‘ memimpin serta terlibat dalam perlawanan melawan pendudukan’ (artikel 10). Panggilan ini, tentu saja, secara langsung merupakan kontradiksi pada kewajiban Palestina terhadap kesepakatan-kesepakatan sebelumnya, termasuk Roadmap, yang menyebutkan, inter alia, penghentian segera terhadap ‘kegiatan bersenjata dan semua tindakan kekerasan terhadap bangsa Israel dimanapun’.

Penolakan Hamas terhadap penghapusan kekerasan secara jelas dinyatakan oleh perwakilan Hamas di Libanon, Usama Hamdan :

“Setiap orang tahu bahwa kondisi yang diperlukan oleh sebuah pemerintahan dan dimulainya perekonomian adalah dengan mengakhiri kekerasan dan perlawanan. Kami tekankan bahwa perlawanan akan terus dilakukan dan kami telah menyatakannya dalam aksi seperti penangkapan tentara Israel Shalit, dan juga aksi-aksi lain melawan pendudukan yang agresif…. Hamas masih memperlihatkan perlawanan sebagai pilihan strategis dan tidak akan membuat kelonggaran – dan jika Allah berkenan, mereka akan menjadi pemenang di Palestina.” (dalam wawancara dengan stasiun radio Al-Manar, 14 Februari 2007)

Dalam prakteknya, Hamas tidak menunjukkan indikasi keinginan menghapuskan kekerasan. Berkelanjutan terus dengan penyanderaan Gilad Shalit, penyelundupan senjata ilegal dan peledakan di daerah teritorial, serta mengagungkan tindak terorisme dan kekerasan. Selain dari itu, tidak ada pula kendali untuk mengimplementasikan kewajiban Palestina dalam mencegah aksi-aksi kekerasan oleh kelompok-kelompok di Palestina sendiri, termasuk peluncuran misil Kasam ke kota-kota dan desa-desa di Israel. Sebaliknya, juru bicara pemerintahan Hamas malah telah membuat pernyataan yang menjelaskan bahwa mereka mendukung serangan-serangan tersebut dan tidak berkeinginan dalam segi apapun untuk mencegahnya.

3. Pengakuan terhadap kesepakatan-kesepakatan serta kewajiban-kewajiban sebelumnya, termasuk Roadmap

Kelompol Kuartet telah berulangkali mendesak bahwa pemerintahan Palestina manapun harus menerima kewajiban dan kesepakatan Palestina sebelumnya, termasuk Roadmap. Kesepakatan ini mencerminkan negosiasi sesungguhnya dan persetujuan oleh kedua belah pihak. Tidak ada artinya bekerja sama untuk kesepakatan baru dengan rekan yang mengingkari kesepakatan bersama sebelumnya.

Surat penunjukkan mengajak pemerintahan baru ‘menghormati kesepakatan yang telah ditandatangani oleh PLO’, namun ini tidak sesuai dengan persyaratan Kelompok Kuartet dengan beberapa alasan :

a. Penghormatan terhadap kesepakatan disebutkan ‘berdasarkan’ kepentingan nasional tertinggi Palestina dan dokumen lainnya, termasuk National Conciliation Document yang telah disebutkan di atas, mengakui dan mengajak aksi teror.

Ketetapan yang dibuat untuk menghormati kesepakatan berubah karena pertimbangan-pertimbangan lain yang secara selektif mengurangi pengakuan bagian-bagian kesepakatan yang tidak bertentangan dengan tujuan ekstrim jangka panjang Hamas.

Fakta yang disebut ‘penghormatan’ terhadap kesepakatan tak ada artinya dalam praktek seperti yang secara eksplisit disampaikan oleh Khalil Abu Leila, dari biro politik Hamas. Saat ditanya apakah Hamas berkomitmen pada kesepakatan PLO, beliau menjawab :

“Hanya dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan kepentingan rakyat Palestina. Hal ini sangat penting. Kami sebagai orang Palestina dapat bernegosiasi dengan bantuan saudara-saudara kita bangsa Arab dan berkata: “Di manakah kepentingan tertinggi rakyat Palestina? Jika kami dapat menyetujuinya, kami akan bertindak sesuai dengan kesepakatan tersebut. Perlu saya jelaskan bahwa cara yang ditempuh pemerintahan terdahulu, berdasarkan kesatuan Palestina, sudah pada arah yang tepat, untuk kepentingan tertinggi rakyat Palestina. Jikalau kami dapat menemukan kepentingan ini dalam kesepakatan (yang ditandatangani oleh PLO) kami akan mengikutinya. Namun jika kepentingan ini terdapat dalam hal lain kami akan mengabaikannya (kesepakatan tersebut) dan kembali pada jihad (perang) atas penindasan musuh kaum Zionis. (wawancara dengan BBC dalam bahasa Arab, 16 Februari 2007)

b. Sementara perkataan ‘penghormatan’ tampaknya menunjukkan komitmen pada kesepakatan, desakan dari pemimpin Hamas dengan tidak menggunakan kata ‘hormat’ ataupun ‘komitmen’, seperti yang dituntut oleh kelompok Kuartet, menunjukkan bahwa mereka cenderung menginginkan sesuatu yang lebih tidak terikat. Moussa Abu Marzouk, Kepala Deputi Biro Politik Hamas menekankan pentingnya perbedaan ini dalam beberapa hari setelah kesepakatan ;

“Ada beberapa pembicaraan terinci mengenai masalah ini, dalam hal penggunaan kata ‘menghormati’ dan ‘berkomitmen’ dan sangatlah jelas bagi semuanya bahwa Hamas tidak dapat berkomitmen pada sesuatu yang tidak termasuk dalam posisi politis yang mewakili masalah tersebut…. Kenyataan yang menunjukkan Abu Mazen menerima kata ‘menghormati’ pada surat penunjukkan membuat kontribusi yang penting bagi suatu perubahan. (wawancara di website Hamas 17 Februari 2007)

Perbedaan antara istilah ‘menghormati’ dan ‘berkomitmen’ lebih sering dimunculkan setelahnya, sama halnya dalam surat undangan, kata ‘berkomitmen’ digunakan – untuk menunjukkan hubungan antara komitmen pemerintahan baru terhadap ‘kepentingan tertinggi’ rakyat Palestina dan dalam dokumen lainnya, termasuk National Conciliation Document.

Sebagai tambahan, hal ini dicekal kelompok Kuartet sebab penghormatan bukan hanya pada kesepakatan, namun juga pada kewajiban, termasuk ‘Roadmap’, karena Roadmap bukan hanya merupakan kesepakatan yang ditandatangani secara formal oleh kedua pihak. Tidak terlibatnya salah satu pihak pada Roadmap akan menimbulkan masalah dalam hal ketetapan yang telah dicanangkan.

c. Pernyataan oleh pemimpin Hamas telah menjelaskan perlawanan fundamental Hamas terhadap kesepakatan Israel-Palestina yang tetap tidak berubah. Usama Hamdan, perwakilan Hamas di Libanon, menyampaikan kembali pernyataan ketidaksepakatannya :

“Semua kesepakatan dalam masalah pendudukan adalah kesalahan sejarah karena adanya pengakuan pendudukan dan oposisi untuk pertahanan selanjutnya.” (wawancara dengan stasiun radio Al-Manar 14 Februari 2007)

d. Aksi-aksi Hamas juga menyangkal setiap saran yang disiapkan untuk memenuhi ketetapan dari kesepakatan yang telah dicapai oleh PLO dan Israel. Kesepakatan ini menuangkan kewajiban-kewajiban, inter alia, menuntut pihak Palestina :

- mengambil tindakan tarhadap segala bentuk kekerasan dan terorisme (lihat Interim Agreement, Annex1, Article2; Wye River Memorandum paragraph A; Roadmap, phase1)

- mengendalikan individu maupun kelompok yang mengadakan maupun merencanakan serangan kekerasan terhadap orang-orang Israel di manapun (Roadmap, Phase1)

- menyita semua senjata dan amunisi ilegal (Sharm e-Sheik Memorandum, Para.8; Roadmap, phase1)

- menghormati norma yang telah diterima secara internasional dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (Interim Agreement, Article XIX)

- meningkatkan pengertian yang saling menguntungkan, abstain dari hasutan dan menekankan sistem pendidikan yang berkontribusi pada perdamaian antara orang-orang Israel dan Palestina (Interim Agreement XXII)

Saran-saran yang Hamas hormati adalah kesepakatan-kesepakatan yang bertentangan, yaitu dengan terus menerus menyelundupkan senjata ilegal, mengagungkan kekerasan dan teror, menghasut Israel, dan melakukan kejahatan terhadap hak asasi manusia fundamental rakyat Palestina yang masih terjadi sampai sekarang.

Kesimpulannya, bukti menunjukkan bahwa Hamas tidak berubah, baik dalam masalah prinsip maupun dalam praktek, dalam upaya memenuhi persyaratan komunitas internasional yang dikeluarkan oleh kelompok Kuartet, maupun dalam menyesuaikan diri dengan platform politik pemerintahan Palestina yang berkomitmen pada ketentuan-ketentuan ini. Malah sebaliknya, Hamas menunjukkan penolakan atas persyaratan ini seperti yang disampaikan oleh Khalil Abu Leila, dari biro politik Hamas, hanya beberapa hari setelah kesepakatan dicapai :

“Saya rasa kesepakatan Mekkah adalah sebuah sukses, karena tujuannya tercapai, namun secara prinsip Hamas akan tetap pada posisinya untuk meningkatkan kepentingan rakyat Palestina. Akan tetap berjuang untuk tidak menyerah dan tunduk pada kondisi yang ditentukan oleh kelompok Kuartet.” (wawancara dengan BBC bahasa Arab 16 Februari 2007)

Kondisi yang dikeluarkan oleh kelompok Kuartet, yang tetap ditolak oleh Hamas, bukanlah hambatan untuk mencapai perdamaian, namun menjadi ujian yang paling mendasar yang melaluinya komunitas internasional dapat menilai apakah pemerintahan Palestina mampu menjadi rekan dalam menciptakan perdamaian. Sepertinya mereka berkeberatan pada negosiasi dab tidak dapat dipuaskan denga formula samar-samar atau interpretasi yang penuh harapan.

Bagaimana mungkin pemerintahan yang menolak prinsip-prinsip dasar untuk mencapai perdamaian akan menerima pengakuan dan dukungan dari dunia internasional. Dalam upaya memperoleh perdamaiana, ini merupakan situasi yang mengerikan, merupakan pengkhianatan terhadap para moderat, bagi kedua belah pihak, yang dengan sungguh-sungguh menyakini solusi dua negara membawa konflik dan membawanya pada realita.

Jumat, 23 Januari 2009

Film pendek yang menimbulkan bukti visual taktik sudah berlangsung lama Hamas


(Klik di gambar untuk memperbesar)

Film pendek yang menimbulkan bukti visual taktik sudah berlangsung lama Hamas penduduk sipil mengeksploitasi sebagai perisai manusia, dan gedung penduduk sipil sebagai perlindungan untuk serangan teroris.

http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ai=58&ar=HamasExploitationofCiviliansV&ak=null

Perdamaian abadi di Timur Tengah ...

Terima keberadaan Negara Yahudi dan tinggalkan keinginan untuk menghancurkannya, itulah jawabannya.

Kamis, 22 Januari 2009

Tiga minggu pertempuran di Gaza sekali lagi menjadikan Timur Tengah sebagai pusat perhatian media internasional.

Sekarang ini, setelah serangkaian kekerasan berakhir, kita mesti restrospeksi, apa sebenarnya yang menjadi akar masalahnya ? Apa kunci yang dapat membawa kita mencapai perdamaian di Timur Tengah ?

Pendapat pihak Arab yang mendasar adalah bahwa akar masalahnya yaitu penjajahan. Dunia Arab menuduh Israel menguasai dan menjajah teritorial Arab dan mengklaim ini sebagai masalah utama yang mencegah perdamaian di Timur Tengah.

Pendapat ini tidak mendasar. Israel meyakini bahwa akar dari masalahnya adalah kenyataan betapa besarnya fraksi dunia Islam Arab yang tidak mengakui keberadaan Israel dan menolak hak dasar orang Yahudi untuk tinggal di negera Israel yang merdeka.

Di waktu lalu, dalam upayanya mencapai perdamaian, Israel telah menunjukkan bahwa Israel siap dengan konsesi teritorial, persis seperti saat Israel menandatangani perjanjian perdamaian dengan Mesir, negara tetangga di sebelah selatan dan dengan Yordania, negara tetangga di sebelah timur. Dalam kedua kasus ini, perselisihan atas daerah teritoroal tidaklah menjadi hambatan untuk menuju perdamaian.

Selain itu, Israel mendukung pembentukan negara Palestina merdeka yang dapat hidup bertetangga dengan damai.

Dalam dua konfrontasi militer terakhir di Timur Tengah - dengan Hizbullah di Libanon dan dengan Hamas di Gaza - Israel harus mempertahankan dirinya dari organisasi teroris Islam radikal yang dimotivasi oleh agama yang ekstrim, ideologi Jihad yang menyerukan penghancuran Israel.

Inilah saatnya untuk mengungkapkan dengan lantang dan jelas : Hamas dan Hizbulah keduanya benar-benar dan sangat dipengaruhi langsung oleh Iran. Iran yang Presidennya menyerukan penghapusan Israel, Iran yang menghalalkan segala upaya untuk mensabotase dan menghambat upaya dialog serta rekonsiliasi antara Palestina dan Israel.

Iran tidak saja mendukung ideologi dasar Hizbullah dan Hamas, Iran pun mendukung dengan sejumlah besar persenjataan, amunisi dan dana.

Yang juga penting adalah menjawab pertanyaan apa sebenarnya yang Hamas dan Hizbulah maksudkan dengan mengatakan "daerah jajahan"? Bagi mereka, keseluruhan Israel dianggap sebagai "daerah jajahan". Mereka tidak membedakan antara Gaza dan Tel-Aviv, antara Tepi Barat dan Haifa. Bagi Presiden Iran yang mendukung mereka, Israel "harus dilenyapkan dari peta dunia"

Akankah hal ini menyebabkan kami putus asa ? Tentu saja tidak.

Timur Tengah sekarang ini terbagi dalam dua bagian. Yang pertama adalah kelompok radikal, jihad fundamentalistik yang memimpikan lenyapnya Israel dari kawasan. Siapapun yang memimpikan ini hanya akan membawa Palestina pada keadaan yang sulit dan perang yang lebih lama, penderitaan, kemiskinan dan keputus-asaan.

Di lain pihak, kami juga menghadapi dunia Arab yang moderat dan pragmatik, yang memiliki aspirasi akan solusi damai berdasarkan pengakuan bersama, keadilan bagi kedua belah pihak dan kesepakatan daerah teritorial. Solusi seperti ini merupakan jalan bagi semua pihak di kawasan - dan khususnya bagi rakyat Palestina agar mendapat masa depan yang lebih baik setelah mengalami banyak penderita selama sekian tahun.

Kunci dari penyelesaian konflik di Timur Tengah bukanlah dengan mempertanyakan siapa yang menguasai kawasan. Kalau hanya untuk masalah ini kita dapat membuat kesepakatan.

Kunci dari penyelesaian ini adalah kesediaan dari negara-negara Arab dan Muslim untuk mengakui keberadaan negara Yahudi di Timur Tengah dan meninggalkan keinginan untuk menghancurkannya.

Hamas merampas bantuan kemanusiaan, dan membunuh anggota kelompok Fatah


(Klik di gambar untuk memperbesar)


(Klik di gambar untuk memperbesar)

Kantor Berita Yordania
Kelompok bersenjata merampas bantuan dari Yordania di Jalur Gaza

(Petra – 20 Jan 2009)

“Sekelompok orang bersenjata pada hari Selasa telah merampas konvoi bantuan dari Yordania setelah memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Karem Abu Salem, demikian informasi yang diterima Petra. Konvoi bantuan yang dikirim oleh Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO), dipindahkan ke truk lokal dan dikendarai oleh pengemudi lokal setelah melintasi King Hussein Bridge”

UNRWA menantikan konvoi tersebut dan akan menurunkan muatannya ke gudang-gudang di Gaza untuk kemudian didistribusikan kepada penduduk di sana. Kelompok bersenjata tersebut melepaskan tembakan ke arah pengemudi setelah melintasi perbatasan Karem Abu Salem dan memaksa untuk mengalihkan tujuannya ke gudang-gudang mereka. UNRWA telah meminta perusahaan angkutan untuk menghentikan pengiriman yang di rencanakan untuk dikirim pada hari Selasa dan Rabu sampai masalah perampasan konvoi diselesaikan.

http://www.petranews.gov.jo/nepras/2009/Jan/20/19000.htm

Jerusalem Post

Hamas menyerang truk-truk pengangkut bantuan dan menjual suplai bantuan tersebut

(Yaakov Katz dan JPost.com Staff - 12 Januari 2009)

“Hamas pada hari Senin menyerang sekitar 100 truk pembawa bantuan yang telah diperbolehkan memasuki Jalur Gaza, mencuri isinya dan menjualnya kepada penawar tertinggi. IDF menuturkan, karena aktivitas pengiriman dikoordinasikan oleh UNRWA dan Palang Merah, Israel tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah aksi tersebut, demikian Radio Israel melaporkan”.

“Petugas keamanan di Karem Shalom telah menggagalkan usaha penyelundupan barang-barang elektronik, berkedok bantuan kemanusiaan ke Gaza. Barang-barang elektronik termasuk komputer, kamera infra merah, oven, microwave dan barang elektroik lainnya”.

http://www.jpost.com/servlet/Satellite?cid=1231424932109&pagename=JPost/JPArticle/ShowFull

Jerusalem Post

“Hamas mencederai anggota kelompok Fatah di Gaza”

(Khaled Abu Toameh, 19 Januari 2009)

Anggota milisi Hamas telah menangkapi beberapa ratus aktivis dari kelompok Fatah yang dicurigai “bekerjasama” dengan Israel dalam operasi Cast Lead, demikian anggota-anggota Fatah di Jalur Gaza menuturkan kepada Jerusalem Post pada hari Selasa. Mereka mengatakan pemeriksaan terhadap Fatah makin menjadi sejak gencatan senjata diberlakukan pada hari minggu pagi.

Anggota Fatah dan saksi mata mengatakan penahanan dilakukan di gedung sekolah dan rumah sakit yang dijadikan tempat interograsi.

Hamas juga telah memerintahkan penahanan rumah atas ribuan pengikut Fatah dan aktivisnya di Jalur Gaza segera setelah operasi militer dimulai.

Perwakilan Fatah di Ramallah mengatakan kepada the Post bahwa sedikitnya 100 anggotanya telah terbunuh atau terluka akibat pemeriksaan Hamas. Beberapa telah disiksa secara brutal, tambahnya. Wakil tersebut mengatakan penyerang tersebut adalah bagian dari satuan bersenjata Hamas, Izaddin Kassam, yang juga merupakan Pasukan Keamanan Internal.

Menurutnya, paling sedikit tiga tahanan telah dicongkel matanya oleh para interrogator, yang menuduhnya telah membantu Israel dengan informasi mengenai lokasi anggota kelompok militer Hamas dan pejabatnya.

Beberapa pemimpin Hamas dan jurubicaranya beberapa hari lalu menuduh bahwa para anggota Hamas di Jalur Gaza telah memata-matai pergerakan mereka dan menginformasikannya kepada Israel. Dua pejabat Hamas, Salah Bardaweel dan Fawzi Barhoum, menuduh Presiden Daerah Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan “mata-matanya” di Jalur Gaza memberikan informasi kepada Israel mengenai keberadaan menteri interior Hamas Said Siam, yang telah tewas dalam serangan udara IAF pada rumah saudara nya di kota Gaza minggu lalu.

Pejabat Fatah di Ramallah mengatakan, selain tidak beralasan, tuduhan itu bertujuan menjadi dasar bagi Hamas untuk menyerang aktivis Fatah secara membabi buta di Jalur Gaza. “Mereka takut berhadapan dengan Israel dan banyak milisi Hamas malah melarikan diri saat bertempur.” katanya. ”Hamas kini melampiaskan kemarahan dan frustasinya kepada anggota Fatah di sana.”

Saksi mata mengatakan milisi Hamas telah mengubah beberapa sekolah dan rumah sakit menjadi tempat penahanan sementara bagi beberapa puluh anggota Fatah dan pendukungnya yang dicurigai menolong Israel selama peperangan. Saksi mata mengatakan sebuah rumah sakit anak dan sebuah rumah sakit jiwa di kota Gaza, juga beberapa sekolah di Khan Yunis dan Rafah, merupakan beberapa di antara tempat yang dijadikan Hamas sebagai tempat penyiksaan.

Aktivis Fatah di Jalur Gaza menyatakan sebanyak 80 anggota faksinya telah ditembak kakinya atau dipatahkan tangannya karena diduga melanggar status tahanan rumah yang diperintahkan Hamas. “Apa yang terjadi sekarang di Jalur Gaza adalah pembunuhan besar-besaran yang dilakukan Hamas terhadap Fatah,” jelasnya. “Di manakah Hamas pengecut ini saat tentara Israel ada di sana ?”

Aktivis mengatakan bahwa angkatan bersenjata Hamas juga telah menyita telepon seluler dan komputer milik ribuan anggota Fatah setempat beserta pendukungnya.

Keluarga dari Abed al-Gharabli - seorang mantan petugas keamanan Fatah yang pernah dipenjara selama 12 tahun di penjara Israel, mengatakan ia diculik oleh sekelompok milisi Hamas yang menembaknya di kedua kakinya setelah ia dianiaya dengan kejam.

Ziad Abu Hayeh, seorang dari komandan angkatan bersenjata Fatah, Aksa Martyrs Brigade, dilaporkan kehilangan penglihatannya setelah orang-orang Hamas mencungkil matanya. Menurut aktivis Hamas, Abu Hayeh diculik dari rumahnya di Khan Yunis oleh milisi Hamas.

Pendukung Fatah mengatakan bahwa pada beberapa insiden, milisi Hamas menculik para aktivis Hamas saat mereka menghadiri pemakaman korban tewas selama masa perang. Dalam beberapa kasus lain, para aktivis ini ditahan dan ditembak kakinya saat mereka kedapatan tersenyum pada publik – tindakan ini dinilai oleh Hamas sebagai ekspresi sukacita atas serangan militer Israel.

Hari Sabtu malam, tiga orang bersaudara dari keluarga Subuh diculik oleh milisi Hamas dan dibawa ke Mesjid Abdel Aziz Rantisi di Khan Yunis, di mana mereka ditembak kakinya, demikian laporan wartawan setempat pada Post. Dalam aksinya baru-baru ini, juru tembak Hamas telah menewaskan Hisham Tawfil Najjar, 80, setelah menyerbu rumahnya dan memukuli ke 4 anaknya – semuanya adalah aktivis Fatah.

Fahmi Za’areer, jurubicara Fatah di Tepi Barat, menyatakan sedikitnya 16 aktivis Fatah telah dieksekusi oleh Hamas dalam beberapa hari terakhir ini. Ia mengutuk kekerasan yang dilakukan Hamas terhadap Fatah dan memperingatkan agar tidak terjadi pertumpahan darah di Jalur Gaza.

http://www.jpost.com/servlet/Satellite?cid=1232292907998&pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFull

Salam sejahtera!

Selamat datang di website Israel berbahasa Indonesia. Tujuan website ini untuk mendukung proses dialog dan saling pengertian di antara orang Indonesia dan Israel.

Kami menyadari dengan pengetahuan dan informasi yang lebih banyak tentang Israel akan membuat orang Indonesia mengerti lebih baik tentang Israel; masyarakat, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan keseniannya.

Kami mengerti tujuan utama membuka dialog ini dan membangun jembatan baru bagi pemahaman menuntut kemauan untuk saling memahami satu dengan lainnya, meski mungkin kadang kala kita tidak dapat selalu sejalan.

Karena itu kami mengundang anda menjelajahi Israel, mengenal masa lalunya dan keadaannya sekarang.

Anda bisa menghunbungi kami melalui press@singapore.mfa.gov.il jika anda ada pertanyaan mengenai situs kami.

Dari Disengagement kepada Operation Cast Lead


(Klik di gambar untuk memperbesar)


(Klik di gambar untuk memperbesar)

http://maillist.tehila.gov.il/t/1129/4526/493/0/" href="http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ai=58&ar=Hamas%20Escalation%20-%20English-v&ak=null">http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ai=58&ar=Hamas Escalation - English-v&ak=null

Kabinet Israel menginstruksikan IDF menahan penembakan



Kabinet Israel mengambil keputusan pada tanggal 17 Januari meminta Angkatan Bersenjata Israel (Israeli Defence Force-IDF) untuk menahan serangan terhadap organisasi teroris di Gaza mulau hari Minggu 18 Januari, pukul 2 siang hari.

Penembakan oleh Hamas di bagian selatan Israel untuk selama 8 tahun terakhir (dengan sekitar 10.000 roket dan misil) telah menyebabkan hampir 1 juta penduduk sipil Israel diancam terancam terror, menyebabkan kematian, luka serta terganggunya kehidupan sehari-hari akibat banyaknya serangan terror. Situasi yang tidak dapat dibiarkan ini mendorong pemerintah Israel mengambil tindakan demi melindungi penduduk sipilnya, setelah berusaha menahan diri dan mengusahakan masa tenang.

Operasi Cast Lead telah menyebabkan kerusakan berat dan tak terduga pada pemerintahan Hamas dan infrastruktur terornya. Ratusan teroris telah tewas terbunuh, pemerintahan Hamas dan infrastrukturnya telah benar-benar hancur, ratusan target telah dihancurkan, termasuk terowongan yang digunakan untuk penyelundupan senjata, tempat prsembunyian senjata, pusat komando dan kamp pelatihan, dan manuver Hamas telah diamankan

Usaha diplomatic, diikuti dengan operasi militer, menyatukan koalisi regional dan internasional untuk menyerang penyelundupan senjata dan menciptakan serangkaian mekanisme, pemahaman dan cara operasi untuk mengakhiri pembangunan persenjataan Hamas, dan mengalangi penetrasi Iran. Komunitas internasional, dipimpin oleh AS dan negara-negara Eropa, bersama dengan elemen pragmatik di dunia Arab yang dipimpin oleh Mesir, semuanya adalah mitra dalam proses ini. Dalam kerangka ini, pemahaman khusus dicapai antara Israel dan Mesir. Israel yakin bahwa ada komitmen yang mendalam dari semua mitra untuk bertindak dengan kesungguhan.

Untuk alasan inilah Israel mengambil keputusan untuk secara postif merespon permintaan Mesir untuk menahan serangan. Israel akan terus melakukan dialog politik dengan pemimpin moderat Palestina, dengan tujuan mencapai perdamaian abadi dengan negara tetangganya Palestina. Sejalan dengan melawan teror, pemerintah Israel melaksanakan proses perdamaian yang jelas dengan Presiden Mahmoud Abbas dan PM Fayyad. Hamas dengan sengaja telah menolak negosiasi dan semua bentuk pernyataan damai dengan Israel, dan menjadi penyebab utama ketidakstabilan di kawasan. Ini pula yang membentuk ideologi dasar kerjasamanya dengan Iran.

Bila Hamas memilih untuk melanjutkan aksi terror dan penembakab, maka IDF akan memulai kembali aktivitasnya melindungi para warga sipil Israel.

Tamsilan menerbitkan oleh Hamas


(Klik di gambar untuk memperbesar)

Berbunyi klik di sini untuk melihat film pendek yang menimbulkan bukti visual taktik sudah berlangsung lama Hamas penduduk sipil mengeksploitasi/anak semanusia perisai, dan gedung penduduk sipil sebagai perlindungan untuk serangan teroris.

Israel dan Krisis di Gaza – Saat yang menyedihkan untuk kebebasan berbicara di Indonesia

Indonesia adalah negara demokrasi baru.

Pihak yang mengikuti debat umum pada isu-isu dalam agenda Indonesia dengan mudahnya akan terkagum-kagum akan begitu cepatnya masyarakat Indonesia beralih menjadi pluralistik, masyarakat yang bersemangat dalam mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma demokrasi.

Demokrasi bukan hanya masalah menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas setiap 4 tahun sekali. Ini adalah proses mengambil serangkaian nilai-nilai dasar, cara bertindak yang menunjukkan debat yang fair dan bebas dalam masyarakat demokratik.

Demokrasi adalah aturan yang pertama dan yang paling utama dalam mayoritas. Namun, dalam banyak demokrasi, tantangan sebenarnya dan ujian sebenarnya adalah pertanyaan sejauh mana mereka dapat bertoleransi dan terbuka terhadap minoritas yang melawannya.

Besarnya keterbukaan dan toleransi dalam masyarakat demoktratik ditantang khususnya saat suara mayoritas sedang dihadapkan pada lawan yang sama sekali bertentangan dan pandangan yang sangat berlawanan.

Sejak awal dari krisis di Timur Tengah baru-baru ini, media di Indonesia telah meliput kejadian di Gaza secara intensif. Di luar laporan tersebut, banyak komentar, analisa dan pendapat yang diterbitkan. Bukan rahasia lagi bahwa liputan kejadian di banyak media di Indonesia sangat mengecam dan bahkan sangat keras pada Israel.

Kritikan terhadap Israel sebenarnya merupakan fenomena yang sah dan kadangkala bahkan benar. Ini adalah bagian dari debat terbuka di media.

Namun, apa yang sekarang kami perhatikan dalam banyak organisasi media Indonesia, kebanyakan, meski tidak semua, menyensor sepenuhnya dan memboikot pandangan Israel, analisa Israel atas kejadian ini, narasi Israel.

Resminya, sensor ini tidak ada. Ini bukanlah sensor yang diajukan oleh seseorang; ini adalah ’sensor-mandiri’ yang dilakukan oleh berbagai organisasi media. Hasilnya adalah usaha untuk menyatakan pandangan Israel dihalangi dan diboikot oleh banyak media di Indonesia.

Saat bagian berhubungan dengan Israel, banyak media Indonesia dengan begitu saja mengabaikan prinsip utama fair play dan pentingnya keseimbangan, tidak biasnya dan pluralistiknya analisa pada peristiwa yang terjadi.

Saat banyak redaktur dihadapkan pada pernyataan ini, umumnya mereka akan menjawab: “Anda benar namun kami tidak mau mengambil resiko.”

Adalah pendapat yang salah bila ada yang meyakini bahwa di jaman internet, blog dan youtube, sekarang ini masih mungkin dapat menghalangi arus informasi, arus pandangan dan pendapat.

Lebih dari itu, masalah ini bukanlah masalah teknis. Redaktur, yang menghalangi pembacanya dari informasi dan pandangan yang berasal dari Israel, sesungguhnya mengejek dan merendahkan intelegensia para pembacanya. Sensor tidak resmi mengenai Israel pada dasarnya menjelaskan pada pembaca apa yang harus ia pikirkan. Sensor ini bertindak mewakili pembaca. Bukannya menampilkan pandangan luas dan membiarkan pembaca yang menyatakan siapa yang benar dan siapa yang salah, media malahan memutuskan bertindak mewakili para pembacanya.

Saatnya meninggalkan persepsi dan tradisi lama, dan membuka media pada debat pluralistik sebenarnya. Biarkan para pembaca menentukan sendiri siapa yang benar dan siapa yang salah.

OPERASI IDF DI JALUR GAZA


(Klik di gambar untuk memperbesar)


(Klik di gambar untuk memperbesar)

Siapa yang bertanggungjawab atas krisis ini?

Sejak pengambil-alihan Gaza oleh Hamas dengan kekerasan di tahun 2007, Hamas telah menjadikan warga Israel sasaran serangan roket di dalam wilayah kedaulatan Israel sendiri, pelanggaran hukum internasional yang sangat mencolok. Serangan tiap hari, granat dan bom yang ditujukan pada penduduk sipil, dengan sekitar 90 granat dan bom mortar setiap harinya.

Enam bulan terakhir "keadaan tenang" telah dicapai antara Israel dan Hamas. Kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir dieksploitasi oleh Hamas, tidak hanya melalui teror terhadap warga Israel namun juga dengan menggalang kekuatan serta secara besar-besaran mempersenjatai diri dengan peralatan dan perlengkapan perang, dengan tujuan meningkatkan kapasitas mereka untuk teror dan memperluas jangkauan ancaman terhadap warga Israel. Hal ini termasuk penyelundupan dan pembuatan ribuan roket dan granat mortar dalam berbagai jenis dan diameter, termasuk antitank dan roket anti pesawat udara.

Baru-baru ini Hamas memutuskan untuk melanggar gencatan senjata, persisnya beberapa hari lalu, Hamas dan sekutunya menghujani pusat-pusat pemukiman penduduk sipil di bagian selatan Israel dengan ratusan roket dan granat mortar. Israel telah pada batas maksimal untuk bertahan dan tetap berusaha menahan diri, situasi memaksa aksi militer untuk menjaga warganegara Israel serta memberi mereka kehidupan yang normal.

Seperempat juta warganegara Israel telah diteror secara bertubi-tubi dari Jalur Gaza dengan ribuan misil yang diluncurkan selama 8 tahun terakhir. Tidak ada Negara manapun di dunia yang dapat membiarkan serangan gencar atas warganya.

Perdana Menteri Mesir telah meminta pertanggungjawaban atas situasi yang berlangsung ini kepada Hamas - Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit dengan keras mengecam Hamas pada hari Senin. Pada konferensi pers siang hari yang ditayangkan televisi Mesir, ia menyatakan bahwa Mesir telah berkali-kali memberi peringatan atas situasi yang berlangsung dan bahwa siapapun yang tidak memperhatikan (Hamas) akan dinyatakan bertanggung jawab dan tidak menyalahkan pihak lain :

Simak : http://www.youtube.com/watch?v=5roptSbO3GQ

Apa tujuan operasi ini ?

Aksi militer ditujukan untuk melindungi penduduk Negara Israel, tujuannya semata-mata untuk menyerang semakin berkembangnya infrastruktur yang membuat teror yang memampukan Hamas beserta organisasi sekutunya meluncurkan misil dan granat mortar pada warga Israel serta membuat serangan teror dalam berbagai bentuk. Meskipun telah ada aksi militer - Hamas juga masih menghujamkan roket dan misil ke Israel. Lebih dari 50 roket dan misil ditembakkan pada tanggal 29 mengakibatkan 3 orang korban jiwa dan puluhan korban luka.

Seperti berulangkali telah Israel sampaikan pada Hamas - diam akan dijawab dengan diam, namun teror akan melahirkan sebuah respon.

Apa penyebab situasi kemanusiaan di Gaza sekarang ini?

Israel tidak menghendaki adanya krisis kemanusiaan.

Otorita Hamas di Jalur Gaza adalah satu-satunya penyebab penderitaan dan kesulitan pada penduduk di sana serta juga menghancurkan situasi mereka. Beberapa hari yang lalu, Hamas menghentikan bantuan kemanusiaan yang dibawa dari Mesir ke Gaza. Untuk perbandingan saja : dalam bulan-bulan pertama masa tenang, 17.000 truk memasuki Gaza dibandingkan 9.000 (hampir 2 kalinya) dalam jangka waktu yang hampir bersamaan sebelum gencatan senjata.

Meskipun ada aksi militer, Israel telah membuka perbatasan bagi masuknya bantuan kemanusiaan walaupun mengambil resiko besar karena perbatasan secara terus menerus dibom. Dalam 3 hari terakhir sejak aksi militer dimulai, lebih dari 120 truk yang membawa bantuan memasuki Gaza melalui berbagai perbatasan.

Israel juga mengijinkan evakuasi korban Palestina yang terluka serius dikirim ke rumah sakit di Israel melalui perbatasan-perbatasan.

Israel melakukan segenap upayanya hanya menargetkan bangunan-bangunan Hamas dan individu Hamas saja. Hal ini telah dikonfirmasikan melalui laporan yang diterbitkan PBB baru-baru ini dan juga melalui laporan berbagai kantor berita di luar Israel.

Reuters melaporkan bahwa 86% (300 dari 360) korban adalah polisi Hamas dan para pejabat Hamas. Kantor berita juga melaporkan bahwa para pejabat Hamas sendiri mengakui bahwa kamp beserta infrastruktur mereka telah hancur. Simak link laporan dari kantor berita berikut :

http://www.google.com/hostednews/ap/article/ALeqM5g8-DEMtAE9q4i4ySQ0eV_qZefmRQD95B49600

http://uk.reuters.com/article/UKNews1/idUKTRE4BS10R20081229

http://www.agi.it/world/news/200812290953-cro-ren0007-art.html

Beda dengan Israel - Hamas melakukan segalanya untuk mendapatkan korban tewas sebanyak mungkin, utamanya dengan penembakkan ke pusat-pusat pemukiman penduduk sipil.

Dalam upaya membesar-besarkan korban sipil di pihak Palestina, Hamas tidak melarang korban luka meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan. BBC melaporkan :

http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/7801881.stm

Korban di pihak Israel lebih sedikit dibandingkan dari pihak Palestina - Apakah reaksi Israel proporsional?

Jumlah korban Israel menunjukkan fakta bahwa sistem alarm pertahanan Israel dan tempat-tempat perlindungan telah mencegah korban kematian yang diharapkan oleh Hamas. Dengan serangan sebanyak 90 misil dan roket yang ditujukan secara khusus pada pusat-pusat pemukiman penduduk sipil, tidak diragukan lagi bahwa jika tanpa tempat-tempat perlindungan, jumlah korban dipastikan akan lebih tinggi.

Telah disampaikan oleh PBB dan kantor berita asing (lihat di atas, tentang situasi kemanusiaan) bahwa kebanyakan korban dari pihak Palestina ada para polisi dan pejabat Hamas. Israel hanya menargetkan Hamas dan mengupayakan segalanya untuk menghindari korban sipil, sementara Hamas benar-benar menargetkan penduduk sipil.

Bukankah ini merupakan tindakan yang proporsional bagi negara berdaulat manapun yang mengalami kota-kotanya dibom terus menerus selama bertahun-tahun, berupaya mengakhiri serangan dengan menghancurkan infrastruktur pusat penembakan ?

Akankah negara-negara lain di dunia, AS, Inggris atau Singapura dapat berdiam diri setelah selama 8 tahun kota-kotanya dihujani granat ? Adakah negara yang berdiam diri melihat warga sipilnya hidup di tempat-tempat perlindungan bom selama itu ?

Israel telah mengadopsi beberapa prinsip hukum mengenai konflik bersenjata, dalam pelatihan militernya, dalam perencanaan dan pelaksanaan operasionalnya. Seringkali operasi yang akan dilakukan dibatalkan karena resiko melukai penduduk sipil tidak proporsional dengan tujuan operasi militer.

Siapa Hamas ? Apakah Hamas terpilih menjadi penguasa oleh rakyat Palestina ?

Ini adalah deklarasi tujuan yang disampaikan oleh Hamas sendiri. Hamas benar-benar menolak solusi 2 negara yang dinegosiasikan antara Israel dan Presiden Palestina, Abbas. Serta menolak negosiasi apapun dengan Israel. Beberapa kutipan dari Piagam Hamas :

"Israel akan ada dan akan terus ada sampai Islam memusnahkannya, persis seperti ia menghapuskan yang lainnya sebelumnya."

"Gerakan Perlawanan Islam meyakini bahwa tanah Palestina adalah Tanah Wakaf yang diperuntukkan bagi generasi Muslim yang akan datang sampai pada Hari Penghakiman nanti. Tanah ini, atau bagiannya, tidak boleh disia-siakan: tanah ini, atau bagiannya, tidak boleh dilepaskan."

"Tidak ada solusi untuk masalah Palestina kecuali melalui Jihad. Inisiatif , proposal dan konferensi internasional semuanya membuang waktu dan upaya sia-sia."

Sumber : http://www.palestinecenter.org/cpap/documents/charter.html

Hamas telah melakukan segalanya untuk merusak harapan kedamaian di kawasan serta merusak pembicaraan perdamaian antara Israel dengan Otorita Palestina.

Di tahun 1994-96 bom bunuh diri Hamas mengalihkan upaya proses perdamaian Oslo.

Selama tahun-tahun berdarah pada intifada ke-2 (tahun 2000-2005), Hamas bertanggungjawab, bersama dengan Jihad Islam Palestina, atas sekitar 70% dari 150 bom bunuh diri yang menewaskan lebih dari 1000 orang warga Israel, kebanyakan adalah penduduk sipil.

Hamas secara demokratik dipilih oleh rakyat Palestina di tahun 2006 untuk pemerintahan (namun bukan untuk presidensial). Namun Hamas menggelar kudeta militer pada bulan Juni 2007 dan telah melakukan pembunuhan berdarah dingin atas sekitar 200 anggota Fatah Palestina, sementara di waktu lalu Otorita Palestina hanya menangkap para anggota Hamas untuk jangka waktu pendek. Sebagai reaksi dan sesuai dengan konstitusi Palestina, Presiden Abbas memberhentikan seluruh Menteri Hamas dari pemerintahan - dan sesuai dengan Undang-Undang Palestina, Hamas tidak lagi merupakan perwakilan rakyat Palestina. Hamas menguasai Gaza dengan senjata kekerasan dan masih tetap membunuh anggota Fatah.

Anggota Fatah melarikan diri ke Israel setelah serangan Hamas baru-baru ini di bulan Agustus:

http://www.jihadwatch.org/archives/022067.php

Hamas adalah organsisasi teror yang tidak memberikan apa-apa selain kebencian dan peperangan bagi rakyat Palestina

Hamas di Gaza

Israel telah menetapkan tujuan operasi Gaza dengan jelas; menghentikan terror dari Gaza, menghentikan dipersenjatainya Hamas melalui penyelundupan, serta mengupayakan gencatan senjata yang stabil. Isu penyelundupan senjata menjadi sangat penting. Bila gencatan senjata digunakan oleh Hamas untuk mempersenjatai diri, konflik ini akan kembali muncul, terus menerus tiada henti. Israel tidak bisa menerima bila harus kembali ke status quo seperti sebelumnya saat kota-kota di Israel diserang bom tiap-tiap harinya.

Hari Sabtu (10.01.09) pemimpin Hamas Kahlid Mishal menyatakan Hamas tidak akan mengurangi misil dan tembakan roket, tidak pula menyetujui Pasukan Internasional di Gaza.

Saat ini di Gaza :

Hamas tetap menembakkan roket dan misil pada penduduk sipil Israel. Lihatkah link yang menunjukkan Hamas menembakkan misil-misilnya dari sebuah halaman sekolah selama 3 jam gencatan senjata untuk bantuan kemanusiaan yang diprakarsai Israel :

http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ClipMediaID=3271371&ak=null

Hamas tetap menggunakan penduduk sipil Palestina sebagai tameng hidup:

http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ai=58&ar=HamasExploitationofCiviliansV&ak=null

Hamas merencanakan ledakan di perkampungan sipil Palestina:

Lihatlah sebuah map hasil tangkapan IDF yang menggambarkan letak peledakan yang akan dilakukan Hamas. Map ini menggambarkan rencana peledakan di pintu masuk mesjid dan rumah-rumah penduduk sipil:

http://dover.idf.il/IDF/English/News/the_Front/09/01/0902.htm

Lihatlah yang tentara Israel temukan (11.01.09) tentang sebuah sekolah yang dipasangi bahan peledak

http://switch3.castup.net/cunet/gm.asp?ClipMediaID=3276455&ak=null

Hamas menjarah bantuan kemanusiaan kiriman luar negeri:

Lihatlah bukti penyitaan yang dilakukan Hamas atas sumbangan tepung di Dir-a’Balech dan penggambaran bagimana Hamas mentrasfer sumbangan tersebut ke gudang penyimpanannya sendiri. Silakan simak dari Forum Hamas Palestina :

http://singapore.mfa.gov.il/mfm/web/main/document.asp?SubjectID=3030&MissionID=58&LanguageID=0&StatusID=0&DocumentID=-1

Kamis, 22 Januari 2009

Pemberitaan Media Indonesia Yang Sangat Tidak Berimbang

Pemberitaan di hampir semua media masa Indonesia, khususnya media pertelevisian sangat tidak berimbang dalam memberitakan konflik Israel dan Palestina.
Hampir semua pemberitaan media Indonesia selalu hanya menyoroti setiap bentuk detail kesalahan pihak Israel, tetapi tidak pernah sama sekali memberitakan kesalahan-kesalahan Palestina khususnya Hamas yang notabene adalah bagian dari Teroris Internasional.
Media Indonesia masih melihat konflig ini dari sudut pandang yang "sempit" tidak melihatnya sebagai sebuah tugas profesional seorang jurnalistik.

Mari Kita Dukung Israel Bersama Dalam Memberantas Teroris di Dunia!

Senin, 12 Januari 2009

Video Hamas menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng hidup


Rekaman film ini menunjukan bagaimana Hamas menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng hidup mereka dan melatih serta mengajarkan terorisme sejak dini kepada anak-anak Palestina.

Silahkan klik disini untuk download videonya.

Go Israel


Stop Terrorism in the world!

Surat terbuka bagi orang Indonesia yang berdemonstrasi terhadap Israel

Harus di baca oleh orang-orang Indonesia yang mendemo Israel!


Silahkan klik disini ini untuk melihat naskah aslinya:

Mari bersama-sama kita mendukung Israel memberantas TEROR di muka bumi ini!