Minggu, 21 Maret 2010

Menakjubkan, Tuhan Allah menggenapi Janjinya Kepada Israel saat ini

Beberapa kebenaran tentang Israel dan akhir dari musuh-musuhnya – 01

Beberapa kebenaran tentang Israel dan akhir dari musuh-musuhnya

Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk bersahabat dengan semua orang dan mengasihi siapa saja, dengan tidak memandang bulu, saya pernah katakan bahwa. “persahabatan tidak dapat dibangun dan kasih sayang tidak dapat dijalin dengan mengorbankan kebenaran.” Tanpa kebenaran, persahabatan dan kasih itu semu. Di luar perasaan khusus saya terhadap Israel karena Yesus Kristus, saya harus bisa bersahabat dengan orang-orang Palestina dan mengasihi mereka dengan tidak mengabaikan beberapa kebenaran tentang Israel yang terkait sangat erat dengan iman Kristen saya, seperti yang dibicarakan di bawah ini. Tulisan ini dibuat dengan tidak didasarkan pada keinginan pibadi untuk menghina siapapun.

Milik siapakah tanah yang disebut tanah Palestina?

Orang-orang Israel, baik yang beragama Yahudi atau Kristen menyebut daerah ini dengan nama “tanah perjanjian” karena tanah ini dijanjikan oleh Allah (Yahweh) untuk diberikan kepada Abrahan dan anak-cucunnya, atau “tanah suci” karena Allah sendiri berdiam di sana (mis 1 Raja-Raja 11:36). Janji Allah tentang negeri bagi Abraham dan keturunannya diulang-ulang disepanjang Perjanjian Lama, antara lain:

1. “Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.” (Kejadian 12:6-7).

2. “Lagi firman TUHAN kepadanya: “Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.” (Kejadian 15:7)

Mengapa Abraham?

Bisa saja ada yang kemudian mengajukan pertanyaan, “Mengapa daerah tersebut harus diberikan kepada Abraham dan keturunannya, padahal sudah ada yang mendiaminya? Bukankah seharusnya tanah itu milik orang Kanaan? Jawabannya sederhana, “Sebab tanah itu milik Allah, dan bahkan bumi ini milik-Nya!”

3. “Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.” (Imamat 25:23)

4. “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.” (Keluaran 19:5)

5. “Siapakah yang menghadapi Aku, yang Kubiarkan tetap selamat? Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku.” (Ayub 41: 2)

Mengapa bukan Ismael?

Tidak dapat disangkal bahwa Ismael juga adalah turunan Abraham dari hamba perempuan isterimya (Sara), seorang perempuan asal mesir yang bernama Hagar. (Kejadian 16:1, 15) Tetapi keturunan Abraham di dalam perjanjian Allah dengan Abraham ini adalah Ishak dan bukan Ismael.

6. “Dan Abraham berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” (Kejadian 17:18-19)

Hal ini sangat penting untuk diketahui, sebab berhubungan erat dengan janji kedatangan Mesias.

7. “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ulangan 18:15)

Dalam hal ini, Musa yang berbicara kepada bangsa Israel, sehingga yang dimaksud dengan ‘saudara-saudaramu’ adalah dari antara ke 12 suku Israel keturunan Yakub dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan Ismael atau Esau. Oleh sebab itu, janji Allah tentang tanah tersebut dinyatakan lagi kepada Yakub, salah seorang putera Isak yang kemudian disebut Israel.

8. Berkatalah Yakub kepada Yusuf: “Allah, Yang Mahakuasa telah menampakkan diri kepadaku di Lus di tanah Kanaan dan memberkati aku serta berfirman kepadaku: Akulah yang membuat engkau beranak cucu, dan Aku akan membuat engkau bertambah banyak dan menjadi sekumpulan bangsa-bangsa; Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu untuk menjadi miliknya sampai selama-lamanya. (Kejadian 48:3-4)

Istilah “Tanah yang Kujanjikan” atau “negeri yang Kujanjikan” ini kemudian disinggung secara berulang-ulang di dalam Perjanjian Lama pada, Bilangan 14:23, 32:11 ; Ulangan 10:11, 31:20, 21, 34:4 ; Yosua 1:6; dan Hakim-Hakim 2:1.
Dengan ini, dapatlah disimpulkan bahwa “tanah perjanjian” atau “tanah suci” itu memang benar adalah pemberian Allah kepada Israel dan bahwa Allah berhak untuk melakukan hal itu.

Di manakah tanah itu?

Secara ringkas, batas-batas tanah perjanjian itu tercatat di dalam Perjanjian Lama seperti berikut.

9. “Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu.” (Yosua 1:4)

Keterangan lebih lengkap tentang batas-batas tanah perjanjian dapat dibaca di dalam kitab Bilangan 34:1-12 dan Yoshua 15-19. Berdasarkan rincian inilah Yoshua membagi tanah perjanjian tersebut kepada masing-masing suku dari ke 12 suku Israel, seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Mengapa tanah perjanjian disebut Palestina?

Setelah memadamkan pemberontakan Bar Kochba (Yahudi), sekitar tahun 70 AD dan 132 AD, maka pada tahun 135 AD. pemerintah Romawi mengusir orang-oang Yahudi keluar dari Yerusalem dan kemudian menyebut daerah ini Palaestina untuk pertama kalinya. Nama Palaestina yang kemudian menjadi Palestine dalam bahasa Inggris (Palestina) diambil dari Herodotus yang menggunakan istilah Palaistine Syria yang merujuk ke seluruh bagian selatan Syria, yang berarti Philistine Syria. Artinya, nama Palestina TIDAK ada hubungannya dengan orang-orang Arab yang masuk ke Israel dan menamakan diri mereka bangsa Palestina, ataupun dengan bangsa Filistin, musuh bebuyutan lama Israel yang dahulu menempati daerah pesisir sekitar jalur Gaza.

Israel akan menjadi lebih besar dari sekarang

Sesudah kebangkitan-Nya dan sebelum Jesus kembali ke Surga, di dalam sukacita dan keinginthuan yang besar dari para murid-Nya, mereka bertanya kepada-Nya,

“Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:6)

Mereka sangat yakin sekarang bahwa hanya Dia yang memiliki kuasa untuk memulihkan Israel dan baru sekarang mereka sadar bahwa Dia-lah pewaris tunggal dari tahta Daud yang tidak akan berkesudahan, sebagai pemenuhan dari nubuatan nabi Yesaya (Yesaya 9:5-6)

“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (5) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (6)

Bagian pertama dari nubuatan ini sudah digenapi dengan kelahiran Bayi Yesus di Betlehem dua puluh abad yang lalu dan bagian kedua akan segera digenapi. Seberapa segera?

Menjawab keingintahuan para murid-Nya, Yesus menjawab,

“Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. (7) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis1:7-8)

Yesus lebih peduli pada persiapan yang harus dilakukan oleh para pengikut-Nya untuk mengantisipasi saat yang amat penting itu, daripada memperhatikan kapan terjadinya. Mereka harus bersiap diri dan mempersiapkan dunia unuk itu (Matius 28:168-20). Tugas ini hanya bisa dijalankan oleh Roh Kudus. Yesus menghendaki para pengikut-Nya untuk memusatkan perhatian pada kedatangan dan pekerjaan Roh Kudus melalui mereka.

Di samping kenyataan di atas, ada dua hal yang tersirat di dalam jawaban Yesus. Yang pertama adalah bahwa kerajaan Israel akan dipulihkan pada waktunya. Yang kedua adalah bhwa Yesus sendiri yang akan memulihkanya. Ingat bahwa pertanyaan, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” memiliki tiga kemungkinan jawaban yang terkait dengan “Tuhan, maukah Engkau”, “pada masa ini” dan “memulihkan kerajaan bagi Israel?” Yesus hanya perlu mendudukan bagian kedua sebagaimana seharusnya dan membiarkan yang pertama serta ketika sebagaimana adanya. Waktunya masih tanda Tanya, tetapi pemulihan Israel akan segera dilakukan oleh Yesus semdiri, dan Dia berjanji bahwa, “Ya, Aku datang segera!” (Wahyu 22:20).

Saya pikir, karena itu tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa Israel tidak membutuhkan apa atau siapapun untuk tetap ada di bumi ini. Israel tidak harus bergantung pada Amerika Serikat atau Uni Eropa sebagai pembelanya. Israel mungkin memandang dirinya seperti seekor domba di antara kumpulan serigala, tetapi yang perlu dilakukan adalah memandang ke atas kepada Gembala Agung dan terhibur oleh gada dan tongkat-Nya. (Mazmur 23) Yang Israel butuhkan sekarang adalah Yesus – Sang Pemulih!

Tuhan berfirman,

“Keselamatan yang dari pada-Ku tidak jauh lagi, sebab Aku telah mendekatkannya dan kelepasan yang Kuberikan tidak bertangguh lagi; Aku akan memberikan kelepasan di Sion dan keagungan-Ku kepada Israel.” (Yesaya 46”13)

Dan pemazmur bernubuat:

“supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem, apabila berkumpul bersama-sama bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk beribadah kepada TUHAN.” (Mazmur 102:22-23)

Israel tidak hanya akan bertahan hidup di muka bumi tatapi sungguh akan menjadi lebih besar dari Israel yang sekarang. Israel akan menjadi pusat Kerajaan-Nya Raja di atas segala raja dan seluruh dunia akan datang ke Yerusalem untuk menyembah dan membewa upeti kepada Raja Israel dan memuji Dia. Tahta Daud akan diulihkan satu kali untuk lelama-lamanya dan hanya Singa dari Yehuda yang layak untuk mendudukinya. Israel sungguh akan menjadi Kerajaan Besar karena diperintah oleh Anak Domba Allah sendiri, yang kepada-Nya segala kuasa di surga dan di bumi telah diserahkan (Matius 28:18).

Semoga Israel – dan juga kita semua – segera menyadari hal ini dan mempersiapkan diri untuk kedatangan Yesus yang kedua kali, sebab hanya pada saat itulah segala nubuatan lama dari para nabi Ibrani akan digenapi. Dan peristiwa akbar ini tidak akan lama lagi!

Sumber : http://penuai.wordpress.com/